Kapan uji t 1-arah, kapan uji t 2-arah?

22 04 2008

Uji t 2-arah digunakan apabila peneliti tidak memiliki informasi mengenai arah kecenderungan dari karakteristik populasi yang sedang diamati. Sedangkan uji t 1-arah digunakan apabila peneliti memiliki informasi mengenai arah kecenderungan dari karakteristik populasi yang sedang diamati. Contoh dibawah ini mungkin dapat mengilustrasikannya.

Kasus 1: Seorang peneliti ingin mengetahui rata-rata uang saku mahasiswa Univ X perbulan. Menurut isu yang berkembang, rata-rata uang saku yang dimiliki mahasiwa univ X LEBIH BESAR DARI Rp. 500 ribu/bulan. Untuk itu dilakukan penelitian dengan mengambil 50 sampel mahasiswa secara acak.

kasus 2: Seorang peneliti ingin mengetahui rata-rata uang saku mahasiswa Univ X perbulan. Menurut isu yang berkembang, rata-rata uang saku mahasiswa univ X adalah SEKITAR Rp.500 ribu /bulan. Untuk itu dilakukan penelitian dengan mengambil 50 sampel mahasiswa secara acak.

Sekarang saya meminta pembaca mencermati kedua kasus di atas. Pada kasus 2, terdapat kata SEKITAR, sedangkan pada kasus 1 terdapat kata LEBIH BESAR DARI. Coba bayangkan sebuah garis lurus horizontal. Dan letakkan titik 500 ribu di tengah2nya. Kata LEBIH BESAR DARI mengandung informasi bahwa pada garis horizontal tersebut, rata-rata uang saku mahasiswa Univ X terletak diantara titik 500ribu ke arah kanan. Sedangkan kata SEKITAR berarti rata-rata uang saku mahasiswa pada kasus 2 berada disekitar (baik ke arah kiri atau ke arah kanan) dari titik 500ribu.

Dengan demikian, pada kasus 2 tidak terdapat 2 kemungkinan kecenderungan/arah, sedangkan pada kasus 1 terdapat 1 kecenderungan arah (ke kanan). Oleh karena itu, uji-t yang tepat untuk kasus 1 adalah uji-t 1-arah (pada H1 menggunakan tanda pertidaksamaan LEBIH BESAR), sedangkan pada kasus 2 adalah uji-t 2-arah (pada H1 menggunakan tnda pertidaksamaan “TIDAK SAMA DENGAN”).

🙂





Dari Variabel Indikator Menjadi Variabel Laten

4 02 2008

Dalam penelitian bidang sosial, seringkali seorang peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner (questionaire). Kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden. Pada banyak kasus bidang sosial, kuesioner digunakan untuk mengukur suatu variabel yang tidak dapat diukur secara langsung. Variabel semacam itu biasa disebut sebagai variabel laten. Beberapa contoh variabel laten adalah KEPUASAN konsumen, MOTIVASI, KINERJA dan lain sebagainya. Untuk dapat mengukur variabel yang tidak dapat diukur secara langsung tersebut, kita perlu menggunakan suatu variabel indikator. Biasanya, variabel indikator berbentuk item-item pertanyaan. Dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari variabel indikator, kita dapat membentuk sebuah variabel laten. Apabila variabel laten belum dibentuk atau ditetapkan dari variabel indikator, kita tidak dapat melanjutkan pekerjaan kita pada tahap analisis data.

Tulisan sederhana ini dibuat dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran tentang bagaimana membentuk variabel laten dari variabel indikator. Pembaca perlu memperhatikan bahwa data pada variabel indkator pada contoh-contoh dalam tulisan ini diasumsikan bertipe interval (menggunakan skala likert). Teknik-teknik dalam tulisan ini tidak tepat jika diterapkan pada tipe data nominal atau ordinal.

Dalam kesempatan kali ini, penulis memberikan 3 teknik pembentukan variabel laten dari variabel indikator. Tentunya, pembaca diberi kebebasan untuk memilih mana teknik yang paling tepat dan termudah untuk dikerjakan. Ketiga teknik itu adalah: total, rata-rata dan korelasi terkuat.

Tulisan selengkapnya beserta contoh aplikasinya dapat didownload di sini (klik kanan kemudian ‘Save Link As…’