Uji-t berpasangan (Paired t-test)

12 03 2008

Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua. Perlakuan pertama mungkin saja berupa kontrol, yaitu tidak memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian. Misal pada penelitian mengenai efektivitas suatu obat tertentu, perlakuan pertama, peneliti menerapkan kontrol, sedangkan pada perlakuan kedua, barulah objek penelitian dikenai suatu tindakan tertentu, misal pemberian obat. Dengan demikian, performance obat dapat diketahui dengan cara membandingkan kondisi objek penelitian sebelum dan sesudah diberikan obat.

Contoh data dan aplikasi uji-t berpasangan dapat di download di sini. (Klik kanan, kemudian ‘Save Link As…’)


Aksi

Information

12 responses

15 03 2008
irfan

#1
saya sedang mencari contoh penerapan uji – t berpasangan. untuk tugas akhir saya. semoga saja ada yang bisa membantu saya?

16 03 2008
Deny

Respon untuk #1
Saya sudah menyediakan contoh tulisan untuk penerapan uji t berpasangan. Silahkan didownload
🙂

18 03 2008
JOANA

#2
saya sedang mencari contoh penerapan uji-Z berpasangan untuk tugas aKHIR SAYA. BISA KAH ANDA MEMBANTU SAYA? DAN RUMUS DARI UJI-Z UNTUK DATA BERPASANGAN()THX

18 03 2008
Deny

Respon untuk #2
1. Jujur neh, saya belum pernah melakukan analisis menggunakan uji-z berpasangan, karena yang lebih umum digunakan adalah uji-t berpasangan.
2. Akan tetapi, logikanya saya bisa handle. Dengan demikian, saya harus cocokkan dulu kondisi penelitian Anda dengan logika saya.
3. Saya asumsikan bahwa Anda mengetahui mengenai nilai ragam populasi dari kedua sampel yang Anda gunakan. Karena inilah yang membedakan dengan uji-t berpasangan. Kalo ya, lanjut…
4. Menurut saya, rumus untuk uji-z berpasangan adalah sama dengan uji-t berpasangan, hanya saja, ragam yang digunakan adalah ragam populasi.
5. Kalo Anda bingung langkah no.4, ada alternatif. Sebenarnya, uji-t (ato z) berpasangan memiliki rumus yang sama dengan uji-t untuk 1-sampel (uji-z 1 sampel). Nah, Joana hanya perlu mengganti nilai ragam (atau standar deviasi) dari sampel dengan ragam (atau standar deviasi) dari populasi.
6. Untuk mengerjakan uji-z berpasangan dengan pendekatan uji-t 1 sampel (atau uji-z 1 sampel), langkah2 yang perlu dilakukan, misal anda memiliki 2 kolom data A dan B:
– Buatlah kolom data baru, misalnya diberi nama D. Berasal dari kata “difference”.
– Hitung selisih nilai dari data pada kolom A dan B. Maksudnya, data untuk kolom A baris ke-1 dikurangi dengan data kolom B baris ke-1, simpan di D baris ke-1; data untuk kolom A baris ke-2 dikurangi dengan data kolom B baris ke-2, simpan di D baris ke-2; dst.
– Untuk mendapatkan nilai z-hitung, lakukan perhitungan menggunakan rumus uji-z 1 sampel. INGAT!!!!!!!!, data yang dianalisis adalah data selisih yang tersimpan pada kolom D. Perhitungannya sama persis dengan uji-z 1 sampel.
7. Coba baca literatur yang menyediakan rumus untuk uji-t dan uji-z 1 sampel serta uji-t berpasangan. Coba bandingkan rumus uji-t berpasangan dengan uji-t 1 sampel. Mirip khan. Mungkin ada rumus yang “kelihatannya” berbeda, yaitu perhitungan derajat bebas, padahal sebenarnya tidak. Jangan terpaku pada notasi yang digunakan oleh kedua rumus tersebut.

Selamat bekerja….
🙂

25 04 2008
bagazz walujow

ass… mas ato pak ya enaknya saya manggilnya??? mas aja yak.. gini mas saya tuh masih bingung beda uji-uji antara uji T lah, Uji Z lah, dan uji-uji lainnya.. bisa dijelaskan???? trus klo mo tanya buku-buku referansi statistik yang mudah dioahami tuh karangan siapa??? soalnya saya baca Ronald Wallpole gak mudengin..terima kasih mas

9 05 2008
Deny

Untuk Bagas, silahkan baca tulisan saya tentang|: Kapan uji-t, kapan uji-z?

21 05 2008
Jaka Wahyu Perdana

#3
Mas Deny, saya mau sedang mengalami kebingungan besar tentang alat pengujian hipotesis yang saya gunakan, karena semuanya bertabrakan dengan asumsi-2x yang digunakan pada masing – masing Statistik.

Saya ingin menguji ada atau tidaknya perbedaan sikap konsumen dari 3 brand, dimana 1 orang responden rencananya saya minta untuk menilai 3 brand secara sekaligus. Saya menggunakan acuan Theory Of Reasoned Action (Fishbein’s Behavioral Intentions Model). Sesuai dengan anjuran (Rahayu), untuk penelitian deskriptif, minimal kuisioner adalah sebanyak 100.

Pertanyaan saya :

1. Apakah dibutuhkan rumus Regresi untuk ini?. Bagaimana cara saya bisa membuatnya?. Karena pada awalnya saya hanya menggunakan statistik deskriptif, yang kemudian diminta untuk merubah menjadi penelitian berhipotesis. Saya jadi benar – benar bingung, bagaimana caranya.

2. Alat uji statistik apa yang paling tepat untuk saya gunakan dalam kasus ini?. Mengingat bahwa berdasarkan besar responden, seharusnya saya menggunakan uji-Z atau ANOVA. Tetapi karena karakteristik sample yang saya miliki adalah berpasangan (Z maupun ANOVA, mewajibkan sample adalah independent), maka selayaknya yang saya gunakan adalah T-Berpasangan, namun karena syarat n < 30, maka apakah penelitian deskriptif saya masih valid untuk dilakukan?!.

3. Apa saja test-2x yang harus dilakukan sebelum kita melakukan pengujian hipotesis?. Bagaimana dengan rumusnya?.

Mohon petunjuk dan kemurahan hati dari Mas Deny untuk pencerahannya. Terima kasih.

Salam,

Jaka Wahyu Perdana

5 06 2008
Deny

Respon untuk #3
1. Saya pikir regresi linier tidak diperlukan pada kasus Anda. Hal ini disebabkan Anda tidak menyebutkan bahwa Anda hendak membentuk model hubungan pada kasus Anda.
2. Pada konsep Anova, data yang berpasangan bisa saja dianalisis. Saya belum jelas mengenai tipe data dan desain penelitian yang anda gunakan, jadi saya kurang bisa memberikan kepastian mengenai metode apa yang tepat. Namun, kalo boleh saya beri pendapat, kasus Anda bisa dianalisis dengan konsep Anova. Menurut saya, kasus Anda bisa dianalis dengan menganggap bahwa yang dianggap sebagai perlakuan adalah tiga produk tersebut, sedangkan para responden dianggap sebagai blok (grup). Karena kita tahu bahwa konsep anova dengan Blocking (pengelompokan/pembentukan grup) sebenarnya menganalisis data yang berpasangan. Setelah saya sedikit baca2 literatur, konsep Anda tepat bila dianalisis menggunakan Metode Cochran untuk sampel-sampel berpasangan. Konsep ini ada di buku “Statistika Nonparametrik Terapan” karya Wayne W. Daniel, terbitan Gramedia Jakarta. Coba cari di perpus kampus Anda.
3. Sebelum melakukan uji hipotesis, memang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, misal asumsi-asumsi. Tapi, sayang sekali, karena konsep uji hipotesis itu tergantung dari metode apa yang dipakai, sedangkan Anda tidak menjelaskan metode apa yang dipakai, maka mungkin saya tidak bisa membantu banyak. Ok, kita ambil contoh uji-t. Uji-t merupakan salah satu metode di dalam statistika parametrik, maka tentu saja asumsi kenormalan data harus dipenuhi. Dengan demikian, test/uji yang perlu dilakukan adalah uji kenormalan data, dan salah satu alat analisis (statistik uji) yang tepat adalah misalnya Kolmogorov-Smirnov test.
Untuk rumus, saya minta maaf karena tidak bisa saya tuliskan disini karena keterbatasan media. Coba Anda periksa pada buku2 statistika.

🙂

2 09 2008
sisy

#4
mas, mau nanyak , sample t-test tuh minimal berapa ya? thnx b4

17 09 2008
Deny

Respon untuk #4
1. Minimal 2 pengamatan, asalkan data diasumsikan menyebar normal.
2. Namun demikian, sebaiknya gunakan data sebanyak mungkin.
3. Kendala yang dihadapi bila menggunakan 2 buah pengamatan, adalah saat uji kenormalan menggunakan Kolmogorov-Smirnov test, karena uji ini mensyaratkan data minimal 4 pengamatan.

27 11 2008
tetty

mas, saya mau nayak neh. kalau misalkan sebuah perusahaan peralatan rumah tanggan menyatakan bahwa daya tahan peralatan yang dibikinnya paling sedikit 400 jam , maka lembaga konsumen indonesia akan melakukan pengujian , apakah daya tahan peralatan tersebut betul 400 jam atau tidak , sebab ada keluhan dari masyarakat yang menyatakan bahwa peralatan tersebut cepat rusak . untuk membuktikan peryataan produsen maka di lakukan penilitian dengan uji coba terhadap daya tahan 25 lampu yang di ambil secara random. dalam uji coba di peroleh data tentang daya tahan 25 lampu sebagai berikut :
450,350,400,480,500,380,350,400,340,300,300,345,375,425,400,425,390,340,350,360,300,200,300,250,400
pertayaanya
1. bagai mana cara membuat rumusa hipotesisya
2. uji dengan menggunakan uji Z dan uji T

27 11 2008
tetty

mas,ada lg neh yang mau tanyak , maaf ya mas jd repot.
misalkan ada seorang mahasiswa melakukan penelitian tentang kemampuan pedangang buah pasar dalam menjual buah jeruk bali. ada informasi bahwa kemampuan pedagang menjual jeruk tersebut paling besar bisa menjual 100kg/hari. untuk itu di lakukan pengumpula data dari 20 pedagang buah jeruk yang di lakukan secara random. data 20 pedagang sebagai berikut: 98,80,120,90,70,100,60,85,95,100,70,95,90,85,75,90,70,90,60,110
pertanyaan ya benarkah bahwa informasi tersebut ?

Tinggalkan komentar